Facebook Twitter RSS

Ads 468x60px

Senin, 26 Maret 2012

Kalimat Tauhid Dan Integritas Insaniah



Dengan jelas Allah menerangkan di dalam Al-qur’an, bahwa kepercayaan selain Allah adalah syirik hukumnya dan orang yang mensirikkan Allah akan mendapat azab yang pedih di dalam Neraka Jahannam serta kekal untuk selama-lamanya. Islam menetapkan, bahwa : tidak ada yang patut di sembah dengan sebenar-benarnya, melainkan Allah. Laa Ilaaha Illallah, itulah pujian kaum muslimin. Dengan kepercayaan yang demikian inilah, Islam mengembalikan manusia kepada fitrah manusia dan dengan itu pulalah Islam setuju berada dalam hal kepercayaan terhadap agama-agama lain diluar Islam.
Akal manusia pasti akan menolak sekiranya di langit dan di bumi ini ada tuhan-tuhan selain Allah, sebab kalau terjadi demikian, maka rusaklah langit dan bumi itu. Hal ini disebabkan masing-masing tuhan itu wajib sempurna baik kekuasaanya maupun kehendaknya dan dapat dipastikan bahwa tuhan yang satu tidak mau tunduk pada tuhan yang lain dan ini mustahil.
Selanjutnya untuk mengetahui sejauh mana fitrah dan akal manusia berperan dalam masalah aqidah, ada baiknya kita cermati pendapat Syeikh Ali Thanthawi dalam kitabnya yang berjudul : “ Ta’rif Am bi Dinnil Islam, Fasal Qawaa’idul ‘Aqaid yang penulis ringkas dalam pointers berikut : Pertama : apa yang saya dapat dengan indera saya, saya yakini adanya, kecuali bila akal saya mengatakan “tidak” berdasarkan pengalaman masa lalu. Kedua : keyakinan, disamping diperoleh dengan menyaksikan langsung, bisa melalui berita yang diyakini kejujuran si pembawa berita. Ketiga : anda tidak berhak memungkiri wujudnya sesuatu, hanya karena anda tidak bisa menjangkaunya dengan indera mata. Keempat :
Seseorang hanya boleh menghayalkan sesuatu yang sudah dijangkau oleh inderanya. Kelima : Akal hanya bisa menjangkau hal-hal yang terikat dengan ruang dan waktu. Keenam : Iman sebagai fitrah fitrah manusia yang terlahir di alam dunia. Ketujuh : Kepuasan material dalam kehidupan manusia sangat terbatas. Kedelapan : keyakinan tentang hari akhir merupakan konsekwensi logis dari keyakinan tentang adanya Allah. Sebagai seorang mukmin harus menyadari bahwa keimanan yang ada pada dirinya memiliki pengaruh langsung dalam totalitas kehidupan yang dijalani. Abu ‘Ala Maududi mengemukakan beberapa pengaruh iman dalam kehidupan manusia, yaitu : 1) Manusia yang beriman tidak mungkin berpandangan sempit dan berakal pendek. 2) Keimanan mengangkat manusia kederajat yang paling tinggi dalam harkatnya sebagai manusia. 3) Keimanan mengalir kedalam diri manusia, rasa kesederhanaan dan kesehajaan. 4) Keimanan membuat manusia menjadi suci dan benar. 5) Orang yang beriman mempunyai kemauan yang kuat, kesabaran yang tinggi dan kepercayaan yang teguh kepada Allah dalam segala hal. 6) Orang yang beriman tidak bakal putus asa atau patah hati dengan keadaan yang dihadapi. 7) Keimanan membuat keberanian dalam diri manusia. 8) Keimanan dapat mengembangkan sikap cinta damai dan keadilan, menghalau rasa cemburu, dengki, dan iri hati. 9) Keimanan membuat manusia menjadi taat dan patuh kepada hukum-hukum Allah.
Seseorang yang beriman, yakin bahwa Allah mengetahui segalanya, baik yang nyata maupun yang tersembunyi dari pandangan manusia. Manusia dapat menyembunyikan sesuatu kepada orang lain, tetapi tidak dapat menyembunyikannya dihadapan Allah SWT. Semakin kukuh keyakinan seseorang semakin patuh ia terhadap perintah – perintah Allah. Ia akan menghindari perbuatan – perbuatan yang dilarang Allah dan  mengerjakan apa yang diperintahkan-Nya walaupun dalam kegelapan dan seorang diri. Menurut Al-Qur’an, kehidupan manusia sudah dimulai sejak dari alam arwah, sebagai mana dinyatakan dalam Al-Qur’an surat al-A’raf :72;
Menurut Osman Raliby ajaran Islam tentang ke-esa-an tuhan adalah sebagai berikut : 1) Allah Maha Esa dalam Zat-Nya. 2) Allah Maha Esa dalam Sifat-sifat-Nya. 3) Allah Maha Esa dalam perbuatan-perbuata-Nya. 4) Allah Maha Esa dalam wujud-Nya. 5) Allah Maha Esa dalam menerima ibadah. 6) Allah Maha Esa dalam menerima hajad dan hasrat manusia. 7) Allah Maha Esa dalam memberi hukum.
Kata Allah mempunyai pengertian yang sangat luas, mencakup pengertian Rububiyah dan Mulkiyah. Maka inilah yang dipilih Allah SWT, untuk kalimat thayibah yaitu : “La Iiaaha Illaallah”. Iqrar ini bersifat komprehensif yang mencakup pengertian : 1) La Khaliqa Illallah (tidak ada yang Maha Mencipta kecuali Allah), 2) La Raziqa Illallah (tidak ada yang Maha Memberi rizqi kecuali Allah), 3) La Hafizah Illallah (tidak ada yang Maha Memelihara kecuali Allah), 4) La Mudabbira Illallah (tidak ada yang Maha Mengelo9la kecuali Allah), 5) La Malika Illalah (tidak ada yang Maha Memiliki Kerajaan kecuali Allah), 6) La Waliya Illallah (tidak ada yang Maha Memimpin kecuali Allah), 7)  La Hakima Illallah (tidak ada yang Maha Menentukan Aturan kecuali Allah), 8) La Ghayata Illallah (tidak ada yang Maha Menjadi Tujuan kecuali Allah), 9) La Ma’buda Illallah (tidak ada yang Maha Disembah kecuali Allah).
Mengikrarkan kalimat tauhid (La Illaha Illallah) dapat menyadarkan manusia akan dirinya dan segala yang dimiliki adalah kepunyaan Allah SWT. Ia dengan sepenuh hati menerima Allah sebagai penguasa tunggal dalam kehidupan, sebagai sumber haqiqi kebenaran yang memiliki kehendak dan  kekuasaan seluruh alam. Kalimat tauhid yang diikrarkan seorang muslim menghujam kedalam diri, yang akan diaktualisasikan dalam kehidupan individu sampai pada kehidupan bermasyarakat, dan bernegara. Dengan mengikrarkan kalimat tauhid, diharapkan semua aspek kehidupan dan pengabdian manusia akan menyelamatkannya dari berbagai bentuk kesengsaraan, kehinaan dan mengantarkan manusia dalam memperoleh keselamatan dan kejayaan hidup di dunia dan di akhirat.
*(Hasil kajian dari kawan-kawan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Bojonegoro